PENDAKIAN MEWAH !! Gunung Rinjani Indonesia Summit Team 2008

Posted on

 

Acara bertema “Camping Ceria Gunung Rinjani” ini dilaksanakan dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Indonesia yang ke-63.

dilaksanakan di tanah lombok adalah karena peserta dari acara ini adalah representasi dari kebhinekaan dari member2 milis gappala di indonesia, oleh karena itu pula dipilih tempat yang menjadi titik yang paling memungkinkan bagi seluruh member milis gappala di indonesia.

 

Acara ini dilaksanakan pada tanggal 15 – 20 agustus 2008 di gunung rinjani 3726 M. dengan diikuti oleh 19 peserta, 6 orang porter dan 1 guide dari RTMB (Rinjani Tracking Management Board). Acara dimulai pada tanggal 14 agustus di Bali (Bumi Jimbaran Asri) sebagai titik pertemuan dari seluruh peserta.

Pendakian kali ini diselenggarakan oleh komunitas pendaki Gappala.or.id yang baru beberapa bulan terakhir aktif saya kecimpungi. Sebagai organisasi terbuka di dunia maya tawaran pendakian Rinjani awalnya mendapat banyak respon, namun akhirnya tersisa 18 peserta dari seluruh Indonesia yang serius terlibat. Daerah Yogyakarta diwakili oleh Paman Yudi, dan Heru ‘Gembel’, pendaki veteran yang usianya sepantaran, alias 30+. Sisanya adalah dari Jakarta, Bandung, Bali, Manado, dan Trenggalek serta Surabaya.

Team Surabaya dan Trenggalek

 

Kebanyakan dari kami baru saling jumpa wajah di Bali. Tentu saja mengumpulkan 18 anggota yang sebelumnya tak saling kenal menjadi pengalaman menyenangkan. Dibawah pendaki senior, Budi ’Jenggot’ dan moderator Jakarta, Abi, pendakian Rinjani kali ini mencoba menggapai puncak dengan dilabeli ‘Camping Ceria Rinjani 2008’.

Persiapan di Bali diisi dengan belanja logistik tambahan, perbincangan tim, dan tentu saja wisata Bali yang eksotik. Meski tujuan utamanya adalah Rinjani namun masa transit di Bali yang cukup lama (1.5 hari) banyak dimanfaatkan anggota tim untuk berjalan-jalan termasuk belanja, makan-makan, wisata ke Kuta, GWK, dan Dreamland……benar-benar satu kayuh dua pulau terlampaui.

 

VIDEO LANGKA LETUSAN GUNUNG MERAPI TAHUN 1930

 

 

Lembar dan Pemberangkatan Sembalun.

Kelar semua urusan di Bali akhirnya malam 14 Agustus 2008 dua kendaraan yang membawa tim tiba di Padang Bai, pemberhentian terakhir ke Lombok via jalan laut. Gendon dan Jenggot berjalan mendahului kami memesan 17 lembar tiket seharga Rp 25.000 per orang. Setelah menunggu sekitar 1.5 jam akhirnya pukul 4.00 pagi ferry bertolak ke timur menuju pelabuhan Lembar.

Perjalanan melintasi selat ditempuh selama 4 jam tanpa kendala berarti kecuali kesibukan anggota tim mengambil adegan dari atas dek terutama ketika matahari menampakan diri di ufuk. Kamera, benar-benar menjadi medium kegilaan baru abad ini. rasannya pengen tidur, tapi kok melihat pemandangan yang sebentar sunrise sungguh sangat sayang untuk di lewatkan. terus terang saya mabuk laut naik kapal di selat ini, buset pas gede banget ombaknya.

Pukul 9.00 pagi ferry merapat di Lembar dan kami segera disambut oleh tim guest house ‘Hati Suci’ dengan guidenya yang sangat ramah, bang Ijaz. Pelabuhan Lembar, selain menjadi pintu gerbang ke Lombok juga terkenal sebagai pelabuhan yang paling ‘keras’, para pemungut uang berkeliaran dimana-mana menawarkan tiket, terkadang memaksa membuat suasana sangat tidak nyaman. Gendon pernah berkisah tentang beberapa turis yang karena ketidaktahuannya akhirnya harus kehilangan seluruh bawaannya karena diseret seret calo yang menawarkan kendaraan. Bahkan aparat pelabuhan dan polisi pun tak berdaya menyelesaikan ratapan mereka. Sungguh pengalaman mengerikan.

 

Kali ini giliran kami sendiri yang mengalaminya!

Angkutan yang disediakan oleh guide kami ditahan oleh beberapa preman dengan alasan rombongan besar dari kapal hanya bisa diantar keluar oleh sopir anggota koperasi pelabuhan. Dan sopir kami bukan termasuk anggotanya. Mereka menyilakan barang keluar dari pelabuhan tetapi untuk penumpangnya harus menggunakan kendaraan yang telah ditunjuk.

Saling silang pendapat hampir menimbulkan keributan apalagi ketika jumlah mereka semakin banyak merubungi guide kami. Akhirnya, tak sabar dengan penyelesaian tak berujung, Jenggot masuk kedalam lingkaran menanyakan berapa harga yang mereka tawarkan agar kami bisa keluar. Mula-mula mereka memberikan angka Rp 15.000, tetapi berkat ketegasaan Jenggot akhirnya kami dilepas dengan harga per kepala Rp 10.000.

Benar-benar menyesakkan dada. Satu sisi mereka membutuhkan uang untuk hidup tetapi di sisi lain cara yang diterapkan membuat citra pelabuhan menjadi buruk. Apalagi Lembar juga menjadi satu-satunya pintu darat yang digunakan para turis mancanegara. Benar-benar negara yang ramah penuh budaya tinggi nan santun.

 

 

 

Rinjani Indonesia Summit Team 2008 – gappala.or.id

 

 

HARI PERTAMA
Pada tanggal 14 malam, team berangkat menuju “Hati Suci Restaurant & Home Stay” di Sapit – Lombok Timur sebagai titik pertemuan kedua sekaligus sebagai tempat peristirahatan dan makan siang team sebelum memulai pendakian. Setelah menyeberang selat lombok menggunakan kapal Ferry selama 5 jam dan perjalanan darat menggunakan kendaraan selama 7 jam yang disediakan oleh panitia, team sampai di sapit.

 

Kami sempat berhenti di Narmada untuk belanja sayuran dan ibadah Jum’at bagi yang melaksanakannya. Perjalanan kemudian diteruskan dengan sejenak turun di tengah jalan membeli buah nenas. Dengan Rp 10.000 pembeli memperoleh 3-4 butir nanas dalam satu ikatan. Jika anda berniat mendaki Rinjani tak ada salahnya membelanjakan beberapa puluh ribu untuk nenas yang dijamin memberikan sensasi kesegaran luar biasa dalam perjalanan nanti.

Setelah beristirahat makan siang, perkenalan dengan para porter, dan pembeberan rencana jalur pendakian di wisma Hati Suci, akhirnya angkutan engkel berjuluk ‘Putri Rinjani’ kembali meneruskan perjalanan mengantar kami ke pos pelaporan Sembalun. Entah kebetulan atau karena kami sendiri yang menyepakatinya, tim kali ini diberi nama ‘Putri Rinjani’, sebuah nama yang kelak benar-benar mewakili kecepatan tim.

 

Pendakian kami rencanakan melalui Sembalun dan turun di Senaru setelah beristirahat di danau Segara Anakan. Jalur ini relatif tidak terlalu berat ketimbang dari Senaru karena pendaki langsung menanjak menuju puncak tanpa perlu melewati danau. Alternatif lain adalah Torean yang kabarnya lebih berat dari Senaru dan Sembalun.

Belum lagi tiba di gunungnya kami sudah diberi suguhan perjalanan yang menantang. ‘Putri Rinjani’ yang kami tumpangi berliuk-liuk melewati jalanan menembus hutan dengan panorama yang indah sekaligus menegangkan. Hanya mereka yang berpengalaman mampu mengendalikan kendaraan dengan lancar. Sopir kami benar-benar menunjukkan ‘kelas’nya. Beberapa tanjakan tajam dilalap tanpa masalah dengan ketepatan memindah gigi yang presisi. Kami sempat bertemu L300 yang harus diganjal di tanjakan karena mogok atau mungkin karena terlambat memasukkan perseneling. Sepanjang perjalanan kami menjadi sangat gembira, teriakan dan tepuk tangan mengiringi setiap tanjakan yang tuntas dilahap sang sopir. Apalagi ketika beberapa rekan memilih duduk di atas kap bersama porter, wah, semakin heboh saja!

Ada satu hal menggelikan. Menjelang magrib kami melewati desa yang dikepung barisan gunung kanan kirinya. Pemandangannya sungguh luar biasa, matahari emas sore melapisi punggungan yang menjulang. Kami yang rata-rata belum pernah ke Rinjani sontak langsung tenggelam dalam yuforia membidikkan kamera ke salah satu gunung tertinggi di sebelah kanan. Rinjani, Rinjani, teriak kami….oohh indah sekali….kesana kami akan mendaki, begitu batin berkata. Ternyata setelah heboh sana sini, gunung yang kami kagumi tersebut bukanlah Rinjani melainkan gunung Anak Dara!

 

 

Usai registrasi di pos Sembalun kami meneruskan perjalanan ke satu desa dekat Sembalun menuju salah satu titik pemberangkatan pendakian. Pukul 18.00 tanggal 15 Agustus 2008 dimulailah perjalanan panjang tim ‘Putri Rinjani’ menuju persowanan agung dengan Dewi Anjani.

Selanjutnya pukul 17.00 WITA, team berangkat menuju RTMB untuk melakukan registrasi dan memulai pendakian pada pukul 18.00 WITA, setelah sebelumnya berwisata di kawasan Pusuk (Gunung Anak Dara).

 

 

 

HARI KEDUA

Pendakian pertama hanya direncakan 4 jam saja, karena kondisi fisik team cukup lelah karena perjalanan cukup panjang sejak dari Bali. Cahaya Tikka XP membelah kegelapan malam mengikuti langkah Jenggot si pemimpin jejak. Kami berjalan menembus jalan desa, tanah pertanian, dan hutan yang cukup lebat. Malam ini kami rencanakan menuju pos II untuk berhenti bermalam. Saya sendiri berharap kami semua mampu mencapai target atau lebih bagus lagi pos III agar sisa perjalanan esoknya tak terlalu jauh.

 

Menjelang pukul 21.00 kami melintasi padang rumput yang luas. Sinar rembulan menyisakan pemandangan remang yang menggetarkan. Sejauh mata memandang hanya rumput yang terbentang dengan barisan gunung membatasi ufuknya. Akhirnya di kegelapan malam kami tiba di pos I, sebuah bungalow tanpa dinding yang ternyata sudah dihuni tim lain. Kami sempat berencana meneruskan ke pos berikutnya karena tidak ada tempat yang tersisa. Bersama porter saya berjalan ke depan mencari pos II yang kabarnya tak terlalu jauh berdiri. Ternyata pimpinan memutuskan untuk bermalam di pos I setelah berhasil meratakan rumput untuk didirikan tenda. Sesuai kesepakatan saya tidur satu tenda dengan Gembel, Koko, dan Abi. Tenda Sierra Design yang saya bawa ditempati dua ‘putri’ dalam tim kami, Anggi dan Citra.
Dengan dibantu oleh 5 orang porter team dapat mencapai pos 1 sembalun pada pukul 22.00 WITA dan mendirikan camp di kawasan tersebut.

 

Setelah makan pagi, pukul 8.00 WITA tanggal 16 agustus atau hari ketiga sejak berangkat dari Bali, team melanjutkan perjalanan menuju Puncak Gunung Pelawangan Sembalun. Perjalanan menuju Gunung pelawangan Sembalun ini cukup menguras fisik team, karena medan yang dilalui adalah medan padang rumput (sabana) yang cukup luas. Sekitar pukul 15.00 WITA, team berhasil mencapai punggungan utama bukit menuju puncak gunung pelawangan, dan pada pukul 18.00 WITA team berhasil mencapai camp area di puncak gunung pelawangan sembalun, dan porter kami telah selesai mendirikan enam buah tenda dan makan malam untuk team karena porter berjalan 2 jam lebih cepat dengan tugas mendirikan tenda dan menyiapkan makan malam team.

 

HARI KETIGA

usai urusan buang dan isi tenaga (Ipood yang saya bawa benar-benar berfungsi maksimal) kami segera membongkar tenda berkemas siap berangkat. Pukul 09.00 pagi setelah pengambilan gambar perjalanan diteruskan menuju Plawangan Sembalun. Perjalanan siang melintasi padang rumput ternyata cukup menyiksa. Padahal ia terlihat begitu ramah di malamnya. Tidak ada tempat berlindung dari terik matahari, hanya dataran naik turun yang harus kami hadapi dengan bentangan rumput setinggi paha. Untungnya saya telah mengoleskan sunblock SPF30 ke sekujur badan untuk menghindari sengatan tropis yang garang. Panorama sekitar tiba-tiba mengingatkan salah satu screen saver Windows yang berupa gundukan padang rumput. Atau barangkali sabana di Arika, ketika saya bersafari berburu rusa belang di padang…..eh maaf yang ini ngibul.

 

 

Kami melewati beberapa jembatan permanen diatas jurang yang sekaligus dijadikan tempat istirahat para pendaki. Konon, dahulu jembatan tersebut dibangun pemda setempat untuk menyambut pejabat pusat yang menuju, entah, Rinjani atau Segara Anakan. 30 menit berjalan akhirnya kami bertemu dengan pos II yang terletak dekat jembatan.

Jalur Sembalun hari itu cukup ramai. Beberapa kali porter dan rombongan pendaki baik wisman maupun wisnu mendahului kami. Pergerakan tim yang lambat menyebabkan kami harus berhenti sejenak memberi jalan pada rombongan lain untuk mendahului. Akhirnya setelah beberapa tanjakan kami tiba di sebuah cerukan sungai kering yang lebar tempat pos III berada. Porter yang mendahului kami telah memasak air untuk minum.

Pos III adalah pos persimpangan yang pendaki dapat memilih salah satunya, yakni ‘Tanjakan Penyesalan’ atau ‘Tanjakan Derita’. Masing-masing tentu ada konsekuensi sesuai namanya. Jika memilih ‘Penyesalan’ maka pendaki akan dihadapkan tanjakan dan bukit yang tak habis sehingga di tengah perjalanan seolah timbul penyesalan kenapa harus mendaki ke Rinjani. Jika memilih ‘Derita’ maka pendaki akan menelusuri jalur sungai kering menuju Plawangan Sembalun dengan penuh ‘penderitaan’ karena medannya yang menyiksa. Sama-sama pilihan tak enak. Tapi inilah ciri khas trek Rinjani, yang menjadi salah satu trek terbaik seAsia tenggara. Akhirnya kami memilih ‘Tanjakan Penyesalan’, sebuah pilihan yang tak pernah saya sesali.

Dalam perjalanan menuju pos IV atau Pelawangan Sembalun, melalui hp tim mengirim pesan singkat ke Gendon yang kelak akan menunggu kami di danau untuk menambah logistik beras, gula, dan teh. Beruntung mobile di tangan masih cukup memiliki pulsa dan tenaga sehingga saya bisa melakukan kontak langsung dengan Gendon. Sinyal Simpati ternyata cukup kuat mencapai pos III.

VIDEO DI AWAL PERJALANAN

Perjalanan Tanjakan Penyesalan benar-benar mengesankan. Kami harus mendaki perbukitan dan ketika tiba di puncaknya masih ada bukit lain menanti untuk didaki. Demikian terus menerus. Beruntung kabut mulai turun sehingga mendinginkan suasana siang. Vegetasi sekitar juga mulai berganti dari rerumputan menjadi campuran pohon pinus.

Saya berusaha mengejar porter tim yang seolah memiliki nafas kuda. Bayangkan saja, dengan memanggul kayu yang dibebani bawaan di ujung kanan kirinya mereka mampu berjalan cepat mendaki tanjakan. Beberapa kali saya bertemu mereka tengah bersantai karena terlalu lama menunggu kami yang bergerak bak siput. Agaknya saya harus makan rumput agar bisa mengejar mereka.

Pergerakan tim terasa lamban. Hal ini dapat dimaklumi mengingat kami adalah sebuah tim yang baru terbentuk dua hari lalu di Bali. Masing masing tidak saling mengetahui kekuatan fisiknya sehingga sulit untuk mengatakan siapa yang membuat lambat tim. Namun akhirnya, terlepas dari fungsi beberapa anggota tim, ibarat seleksi alam, tanjakan ini kemudian ‘memilih’ pendaki mana yang kuat dan sebaliknya. Salah satu anggota tim bahkan harus dibawakan bebannya, ditandem ke pendaki lain.

 

Pukul 17.00 lebih angin kencang akhirnya menguak selimut kabut di atas pepohonan memunculkan panorama luar biasa, punggungan puncak Rinjani yang gersang. Di sanalah 3,726m sabar menanti para pendaki. Tak berapa lama sampailah kami di sebuah dataran berpasir yang menjadi pelataran kaki Rinjani. Di lokasi ini angin bertiup kencang sehingga hanya vegetasi perdu yang mampu bertahan. Tanpa menyia-siakan kami segera mengeluarkan kamera sibuk mengambil gambar atau sekedar minta tolong mengambilkan gambar. Cahaya keemasan sore hari terasa makin mendramatisir suasana, menghibur tubuh kami selepas tanjakan. Ibarat makan siang maka pemandangan sore ini adalah santapan pencuci mulut yang segar.

 

Pak, dimana tenda kita pak, saya bertanya ke salah satu porter tersisa.

Itu, sebentar, di balik bukit, ujarnya dengan santai.

Astagaa…masih dua bukit lagi??? Halaah….ternyata masih jauh! Terpaksa sarapan tanjakan dilahap lagi.

Sekitar magrib akhirnya kami tiba di sebuah dataran pasir bertingkat tingkat yang sudah dipenuhi tenda pendaki. Pada salah satu punggungan berdirilah tenda kami bergoyang goyang diterpa angin yang bertiup kencang. Kabarnya monyet banyak berkeliaran di daerah ini mengais sisa makanan dan terkadang ‘merampok’ tenda yang tak dijaga.

Saya mulai mempersiapkan diri untuk pendakian puncak dini nanti. Peralatan yang dibawa adalah hydrobag dengan kapasitas 1,5L air, kamera, pisau lipat, headlamp, dua bungkus biskuit, 5 Snickers, dan 5 energy bar. Sebagai pasokan karbohidrat saya dan Gembel menyantap nasi kari instan, mie yang dicampur telur asin, dan minuman hangat instan. Saya sendiri masih menambahkan bubur oatmeal dan sup krim, pokoknya cadangan lemak di ‘bum bag’ harus penuh untuk menghadapi hari besar esoknya.

Tenda kami sempat kedatangan tamu tim putri yang menyantap nasi campur kacang hasil olahan porter. Perbincangan malam menjadi lebih hangat dalam desak-desakan tenda. Nasi yang tak habis mereka santap akhirnya menjadi penutup makan malam. Pukul 21.00 saya mulai meringkuk dalam sleeping bag beralas thermarest menunggu dini hari.

dan yang paling seru adalah kami di dalam tenda bergantian kentut secara masal !! hebatnya lagi satu sama lain masa bodho, anggap aja pengharum ruangan di AC dibungkus dinginnya malam yang menyengat. mbathin dewe dewe…Dan paginya pecah sudaaaah…!!

si anu speakernya mak bessss, tapi berasa banget menusuk hidung…

si itu..mak brooot…tapi kagak ada baunya…

noh yang satu, mak prettt..preeettt..baunya dikiitt…tapi seriiiiiiiiiingg……berulang kaya Alarm !!

 

 

Puncak atau Tidak Sama sekali

Dini hari tanggal 17 agustus sekitar pukul 02.30 WITA, team melakukan meeting untuk menentukan rencana summit attack. Pukul 03.00 WITA 17 anggota team berangkat menuju titik 3200 meter yang menjadi titik camp terakhir sebelum mencapai puncak rinjani (3726 meter).

Sejak sore hari kemarin memang kondisi cuaca di kawasan puncak sangat tidak bersahabat, angin kencang dan kabut yang tebal setia mengiringi dan jarak pandang pun menjadi terbatas. Sekitar pukul 04.00 WITA terjadi gerhana bulan total dan bersamaan dengan itu angin dan kabut semakin mengganas dan membahayakan pendaki.

menjelang subuh sayup sayup terdengar suara Jenggot membangunkan tim untuk bersiap ke puncak atau lazim disebut summit attack. Dari balik sleeping bag saya melirik arloji, pukul 3.30, terlambat 30 menit dari rencana awal. Saya bergegas bangun mempersiapkan diri. Tiga rekan setenda, Gembel, Koko, dan Abi terlihat mulai bergerak.

 

TONTON JUGA DETIK DETIK ANAK GUNUNG KRAKATAU LAHIR TAHUN 1920-AN, DISINI

Suhu terasa tak terlalu dingin dan angin sedikit mereda. Namun untuk mengantisipasi windchill di puncak saya menambahkan lapisan baju diatas kaos polypropylene yang sudah dari kemarin dikenakan. Bagian tulang rawan di kepala saya tutupi dengan beanie lalu sarung tangan fleece untuk membungkus jemari. Sebagai pelindung luar adalah jaket berbahan softshell. Kaos kaki saya ganti dengan paduan wool polyester yang tebal dan hangat.

 

HARI KEEMPAT

Pukul 04.30 WITA adalah klimaks dari buruknya cuaca puncak rinjani. Team tertahan di kawasan non vegetasi tapal kuda puncak rinjani pada ketinggian 3200 meter. Rencana summit attack seluruh anggota team pun akhirnya dibatalkan mengingat kondisi cuaca sangat tidak memungkinkan. Tetapi saat itu dua orang anggota team (yudi dan heru) sudah berada pada ketinggian lebih dari 3500 meter dan dalam status “point of no return”. Meskipun secara instruksi resmi leader telah membatalkan rencana summit attack, tetapi karena status 2 anggota team cukup kritis, maka keputusan summit atau tidaknya saat itu menjadi keputusan pribadi. Pada saat itu pribadi, sebagai penulis Gamang..Ya Allah mampu gak ya ke Puncak. ya sudahlah dibatalkan saja angka ikut biar selamat karena puncak bukan segalanya. tapi beberapa langkah kembali turun saya sembari selfie di titik tersebut melihat ada 2 orang anggota yang tidak kelihatan…sempat bertanya ke rekan rekan ternyata mereka sudah berjalan ke puncak.

Saya coba berdiskusi dengan ketiga Teman saat itu mas Rendy, Karim dan Adi berani gak menerima tantangan dengan segala resiko menyusul om Prayudi dan Om Heru ke Puncak?? dalam bathin saya, kalo mereka berdua saja bisa..ya sudahlah berangkat saja. Akhirnya setelah mengevaluasi perbekalan, kekuatan fisik, dan perlengkapan yang dibawa, saya putuskan untuk terus melaju perlahan. Puncak barangkali bukan apa-apa bagi sebagian orang, tetapi saya sudah melakukan investasi cukup besar untuk sampai Rinjani, rasanya terlalu sayang untuk dibiarkan begitu saja. Keputusan untuk terus naik bukanlah sekedar keputusan terburu-buru atau sekedar memuaskan hawa nafsu melainkan berdasar pertimbangan kondisi obyektif dan subyektif kami . Keputusan yang kemudian tidak pernah kami sesali.

Perjalanan kami berempat, Koko, Karim, Rendy dan Adi banyak menuai keraguan karena Badai di Puncak semakin membuat suasana tambah gelap dan angin menderu deru di sekitar kami. banyak pendaki yang turun dari puncak menyuruh kami untuk segera kembali turun saja. salah satunya Bule yang satu ini tiba tiba ngajak selfie kami berempat dengan View kawah Gunung Rinjani yaitu danau Segara Anakan

 

 

Kami terus memacu langkah menapaki jalanan berpasir lunak ditengah terjangan angin yang kembali bertiup kencang. Menjelang matahari terbit angin semakin keras bertiup. Kami sempat berpapasan dengan beberapa pendaki Barat yang turun karena cuaca tidak memungkinkan untuk mendaki.

Jalan pasir perlahan mulai digantikan oleh batuan kecil, dan akhirnya berubah menjadi campuran batuan besar dan pasir vulkanik. Daerah inilah yang terasa berat. Setiap dua langkah tubuh terseret kebelakang selangkah. Demikian terus berulang membuat tenaga makin terkuras. Beberapa kali kami mencoba menyiasati dengan menginjak batuan padat di pinggiran terjal atau mengikuti jejak telapak pendaki sebelumnya yang sudah memadat. Hanya sesaat bertahan, sisanya kembali ke mode 2 langkah mundur 1.

Saya teringat ucapan porter di bawah, jika pendaki belum sampai ke puncak pukul 8 atau 9 maka sebaiknya pendakian diundur karena ancaman bahaya angin. Tidak ada ruang berlindung di punggungan terbuka ke puncak.Tapi entahlah saat itu ada kekuatan besar yang membuat kami yakin bisa sampai ke Puncak. Terus terang saat itu cuaca menembus badai dengan tamparan angin keras secara perlahan membikin tangan dan kaki kita yang sedikit agak terbuka tiba tiba terasa cekut cekut..rasanya kaya seperti frosbite, weleeehh..medeni iki…apalagi perjuangan mendaki Rinjani sebenrnya adalah menahan rasa kantuk yang luar Biasa karena Treknya itu panjang banget.. Saya sempat istirahat dengan beberapa teman di sebuah batu dan  perkirakan suhu ketika itu berkisar 10-15°C tetapi ketika dicek, sungguh mengejutkan. Suhu di balik batu ternyata telah anjlok mencapai 4-5°C, dan lebih rendah lagi di tempat terbuka!

SEBUAH VIDEO LANGKA DITEMUKAN, KISAH PENDAKIAN GUNUNG SEMERU JAMAN BELANDA !!

SIMAK KISAH DAN VIDEONYA DISINI

 

Boleh dibilang suasana ketika itu seperti konser di atas panggung, angin menderu deru dari sebelah kiri disertai hembusan kabut yang mirip kapas menabrak mereka yang mencoba berjalan di tempat terbuka. Belakangan beberapa teman memperlihatkan bidikan kamera saat puncak diterjang badai yang membuat saya bergidik. Terlihat kabut tebal menggumpal di sekitar puncak membentuk semacam topi (?). Tak terbayangkan saat itu kami  tengah di dalamnya terhuyung-huyung menuju puncak.

Kami sempat beristirahat sejenak Minum Kacang Ijo Kemasan Kotak dan Coklat Silverqueen yang sudah tinggal seperempat batang serta 2 bungkus madurasa.. Bagaikan disulut bensin saya merasa badan kembali penuh tenaga. Sebelum naik kami berpapasan dengan turis Jepang yang menginformasikan bahwa puncak tinggal 20 menitan lagi ke atas.

 

 

sebelum kami beranjak ternyata kami berpapasan dengan dua rekan kami sebelumnya yaitu Om Heru dan Om Yudi, yang menyatakan kudu semangat ojo sampaek kalah karo wong tuwek [ harus semangat jangan sampai kalah sama yang sudah berumur] , seaka mendapatkan ledakan semangat besar kami langsung tancap gas menuju Puncak.

Sekitar 50 meter dari atas kami terlihat cerukan batu yang cukup terlindung. Kami kemudian sepakat menjadikannya titik tujuan berikut. Jalanan sekitar mulai digantikan kerikil padat kekuningan, tipikal batu belerang. Pukul 08.23 akhirnya kami terduduk di balik batu besar. Di sebelah kanan kami terlihat tong sampah yang terjepit bebatuan. Rupanya inilah daerah yang disebut ‘tong sampah’, yang berarti puncak sudah dekat. Di depan kami berserakan beberapa perbekalan dan ransel milik tim lain yang ditinggalkan ke puncak. Kembali saya membuka bekal biskuit untuk mendorong kaki ke puncak. Tak berapa lama dari atas muncullah seorang lelaki, agaknya penduduk lokal, yang baru turun dari puncak menawarkan bekal yang dia tinggalkan di sekitaran kami. Ternyata benar, menurut pendaki tadi puncak sudah tak terlalu jauh, tinggal beberapa menit di depan. Tak mau menunggu lama saya bergegas bangkit menuju atas.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Kabut masih terlihat tebal namun jalanan mulai memadat memudahkan perjalanan. Saya berjalan di depan sendirian, setengah berlari, karena jalanan yang cukup aman untuk dijejaki. Tak sampai lima menit akhirnya saya tiba di sebuah dataran sempit yang dikeliling jurang kanan kirinya. Tak ada lagi jalan, buntu, astaga…akhirnya sampai di puncak, 3.726m!

 

 

 

 

Akhirnya kami Berhasil menjadi team summit gappala dan menunaikan misi project www.gappala.or.id Rinjani Indonesia Summit Team 2008.

Sementara 11 anggota team lain tetap menjadi backup summiter dan stay di kawasan non vegetasi di ketinggian 3200 meter.

Dan Dengan penuh kebanggan inilah Kami 6 Orang yang menjadi Summiter bagi romobongan Team kami :

 

 

SUMMITER 1 – PRAYUDI WIBOWO [ BEKASI ]

 

 

SUMMITER 2 – HERU GEMBEL [ YOGYAKARTA ]

 

 

 

SUMMITER 3 – KARIM [ SURABAYA ]

 

 

SUMMITER 4 – RENDY LONDA [ MANADO ]

 

 

SUMMITER 5 – KANGMAS KOKO [ TRENGGALEK ]

 

SUMMITER 6 – ADI [ MANADO ]

 

Setelah puas berfoto ria di puncak, akhirnya kami sadari bahwa kami adalah satu satunya pendaki yang tersisa di Jalur Trek menuju puncak, dengan sedikit tenaga tersisa kami pun terseok seok diantara lekukan dan licinya pasir, bahkan dalam hati kami malah ingin memaksa berlari sambil prosotan…tapi apa daya mau prosotan dikit , selalu ada suara MAAAAKGEDEBUUUK !! Tubuh kami terhempas di atas pasir.

Setelah beberapa jam akhirnya kami sampai di plawang sembalun dan ketemu dengan Rombongan yang sudah siap menuju Danau segara anakan saat itu juga…weeeehhh bathinku saat itu…sik ta leren siikk..keseeeeel cuuuk, tapi begitu disanding cewek manis rasa capek itu hilang halaaahh, harapan bisa tiduran sebentar sambil minum kopi atau teh tapi apa daya sudah dikejar waktu.

 

 

 

Segara Anakan

Sekitar pukul 14.00 setelah semua tim berkumpul dan mengepak perlengkapan kami mulai bergerak menuju danau Segara Anakan. Kami melewati jalanan berbatu yang terus menurun dengan vegetasi rerumputan di kanan kirinya. Beruntung saat itu kabut menyelimuti jalan sehingga cukup mendinginkan kulit. Kembali pergerakan tim tersendat-sendat. Saya mencoba menahan diri untuk berada di barisan belakang bersama porter Amaq Misrianto dan anaknya yang sedang ‘magang’ menjadi porter.

 

Perjalanan demikian membuat saya frustasi karena harus berhenti, menahan lutut, lalu duduk menunggu antrian di depan. Padahal jika terlalu lama menunggu tubuh akan terasa dingin dan ‘kehilangan’ kekuatan yang sudah terkumpul sebelumnya. Perlahan saya, Gembel, Koko dan 2 porter bertahan menunggu di belakang hingga setengah jam lalu kembali berlari menuruni jalan……untuk kembali bertemu antrian rombongan besar…….halaahh.

 

Tak mau terus tertunda akhirnya kami berlima meminta ijin ketua rombongan, Jenggot, untuk lari mendahului. Begitu memperoleh ijin kami bergegas mendahului rombongan. Bagaikan adu balap kami berlari menuruni jalanan, kaki melompat menjejak batu, injak rumputan padat, meloncati akar. Beberapa rombongan berhasil kami dahului. Akhirnya pada satu titik saya kehilangan keseimbangan terpeleset karena salah menginjak rumput lunak dan gedebrugggg….!!! terbantinglah onggokan seberat 75kg (60+15)….haahhh….. Untung hanya lecet di bagian lutut. Tak urung peristiwa tersebut membuat kecepatan saya melambat.

 

 

DAPATKAN BUKU GRATIS MENDAKI GUNUNG CIREMAI DISINI

SIMAK DAN TONTON BAIK BAIK CARANYA

 

 

Di sebuah jalanan yang agak datar kami bertemu dengan bang Ijaz (guide yang kami sewa) dan porternya. Rupanya beliau sudah menunggu kami beberapa jam lalu di danau karena ia mengira kami akan turun pukul 10.00. Karena khawatir beliau akhirnya menyusul kami. Di tempat ini saya berpisah dengan Gembel yang terus melaju sendirian di depan. Tak berapa lama saya kembali menyusul Gembel meninggalkan bang Ijaz dan Koko yang memutuskan menunggu rombongan lainnya di belakang.

 

Suasana saat itu terasa sangat mempesona. Saya menikmati kesendirian menyusuri setapak yang dipenuhi rerumputan sementara di kejauhan terlihat rerimbunan pohon bergerombol menyesaki bukit. Beberapa kali kabut turun membasahi jalan dan mengheningkan suasana. Boleh dibilang inilah suasana yang selalu saya rindukan: kesendirian, keheningan, dan kemurnian alam.

Di persimpangan jalan akhirnya saya bertemu dengan Gembel yang sedang santai bersama Gendon dan Unyil. Bagaikan sahabat lama kami terlibat pembicaran hangat melepas lelah. Perjalanan makin mengasyikkan karena danau Segara Anakan mulai terlihat dari balik perbukitan. Unyil yang berjalan pelan tertinggal di belakang dan bergabung dengan rombongan porter.

 

Pukul 17.30 kami tiba di pinggiran danau yang sudah dipenuhi tenda dan para pemancing. Sesuai pesan Edo, porter yang dibawa bang Ijaz, kami masih harus menuju ke seberang danau tempat tenda tim akan didirikan.

Setelah bersusah payah, saya, Gembel, dan Gendon tiba di seberang danau menunggu para porter yang tertinggal di belakang. Gembel sempat membeli beberapa ekor ikan dari pemancing yang ditemui di jalan. Saya sudah membayangkan malam ini akan menyantap ikan segar langsung dari sumbernya. Menjelang gelap Edo sang porter baru muncul memberi kabar manis: tenda didirikan di pintu masuk danau, yang berarti kami bertiga harus kembali berputar balik mengitari danau!

Kami menghabiskan 2 malam di tepian danau menikmati keindahan Segara Anakan. Sarapan mulai berjalan teratur, pagi, siang dan malam dengan menu yang cukup variatif. Mandi yang biasanya menjadi kemewahan di gunung kali ini menjadi pilihan, dengan tawaran air panas belerang atau menceburkan diri ke sungai hasil limpahan danau. Pendakian Rinjani benar-benar memberikan kenikmatan luar biadab: jalur menantang dan puncak melelahkan yang ditebus dengan sauna alam, pemandangan indah, dan ikan bakar! Tak pelak lagi, inilah pendakian terbaik yang pernah saya rasakan.

Pukul 18.00 WITA seluruh anggota team sampai di “lake camp area” dengan disambut tenda-tenda yang sudah berdiri rapih yang sebelumnya telah didirikan oleh porter-porter kami yang sangat baik dan juga membagikan minuman hangat dan makan malam kepada seluruh anggota team. Tidak lama setelah itu seluruh anggota team tertidur pulas di tenda masing2 karena kelelahan dalam 24 jam terakhir.

 

 

HARI KELIMA
Pagi hari tanggal 18 agustus seluruh anggota team bangun kesiangan karena kelelahan pada hari sebelumnya. Kembali porter2 kami yang baik hati telah menyiapkan minuman hangat dan dua mangkuk besar isi pisang goreng panas untuk cuci mulut dan makanan pembuka team. Menu makan pagi kali ini adalah nasi goreng khas lombok.

Suasana pagi hari di camp danau segara anakan ini bertambah meriah dengan hadirnya sesepuh gappala (om gendon) dan pendaki senior (pendaki 3 jaman) om unyil dan satu porter tambahan yang sengaja datang untuk memeriahkan acara ini dan mengirim tambahan logistik untuk perut2 seluruh anggota team. (menjadikan hampir 300 kg total logistik yang menjadi konsumsi seluruh anggota team selama acara)..

Acara utama “keakraban team” dimulai pukul 9.00 WITA dengan kesan dan pesan masing2 peserta selama acara berlangsung. Acara yang sangat berkesan ini selesai pukul 11.00 WITA dan dilanjutkan dengan acara berendam air panas di air kalak hot spring.

 

 

 

 

Selesai berendam air panas, team kembali ke camp dan makan siang telah siap tersaji oleh porter2 kami. Menu makan siang kali ini adalah nasi + sayur sop + sarden + buah nanas segar yang manis. Setelah kenyang makan siang, acara dilanjutkann dengan mancing ikan di danau dan jalan2 keliling danau.

Pukul 17.00 WITA team kembali berkumpul di camp dan kembali disambut oleh porter2 kami dan bubur kacang hijau panas yang sangat nikmat dan pas untuk mengisi perut yang mulai dingin oleh cuaca menjelang petang.

Pukul 19.00 WITA menu makan malam buatan porter2 kami kembali terhidang di areal camp. Menu malam ini cukup khas karena sayur buatan porter2 kami sedikit mengalami masalah rasa, tetapi karena perut sudah lapar tidak ada yang mempersalahkannya dan seperti biasa hidangan buatan porter2 kami selalu habis disantap.

Malam ini acara bertambah seru dengan acara bakar ikan hasil memancing (wahyu,karim) dan hasil membeli dari pemancing2 yang ada di danau. Tidak lama kemudian seluruh angggota team langsung tertidur kekenyangan di tenda masing2.

 

 

HARI KEENAM Mendaki Untuk Pulang

19 Agustus 2008, pukul 07.00 setelah sarapan nasi goreng kami bergerak keluar menuju Plawangan Senaru. Perjalanan dimulai dengan menyusuri danau kemudian mendaki bukit. Pemandangan danau Segara Anakan dari atas benar-benar mempesona membuat perjalanan berkali-kali terhenti untuk mengambil gambar. Atau seperti kata Unyil: wah pemandangannya bagus yaa…menyehatkan…..untuk kaki.

 

Setelah melewati tebing batu yang diberi pengaman tali akhirnya sekitar pukul 11.15 kami tiba di puncak Plawangan Senaru. Dari atas puncak ini kami dapat melihat pemandangan danau, gunung baru, dan puncak Rinjani.

Pukul 12.00 siang, dibawah terik matahari kami menuruni jalanan berdebu menuju Senaru dengan rencana melewati 5 pos. Di bawah pos IV kembali saya terjatuh terpeleset karena sejenak bingung antara menancapkan pole atau kaki, akhirnya paha kiri yang terbuka tersayat panjang oleh tanah berpasir.

 

Setelah menuruni jalanan yang mirip selokan akhirnya kami tiba di Pos III. Gembel dan Jenggot yang berlari mendahului terlihat sudah menunggu. Beberapa saat kemudian rombongan besar tim datang dan langsung merebahkan diri di rumah panggung yang sudah penuh oleh turis mancanegara..

Pukul 14.00 saya, Gembel, Heru, dan Jenggot kembali berlari di depan menembus jalan yang mulai rimbun oleh pepohonan dan akar. Rombongan porter dan bang Ijaz sudah sedari tadi meninggalkan untuk bersiap menunggu di pos II atau Montong Atas.

 

BUKTI NYATA PRESIDEN JOKO WIDODO PERNAH MENDAKI GUNUNG API TERTINGGI DI INDONESIA

 

 

 

Setengah jam kemudian saya tiba di pos II Montong Atas. Para porter terlihat sibuk memasak air. Di pos inilah terdapat mata air yang harus kami peroleh dengan susah payah karena debitnya yang kecil. Hampir satu jam kami semua menghabiskan waktu di pos ini, istirahat, minum teh, dan makan siang bersama.

 

Di pos ini kami bertemu dengan wisatawan Belgia yang menurut mereka ‘salah’ memilih paket wisata pendakian. Porter yang mereka sewa ‘menelantarkan’ rombongan sehingga tim kehabisan air dan perbekalan. Belum lagi keluhan masalah tenda yang tak layak huni (kabarnya Gembel sempat melihat tenda mereka terbang menuju tengah danau) dan menu makan yang tak sesuai. Kami sempat memberikan bantuan air ala kadanya karena kami sendiri kekurangan air. Beruntung saya sempat membawa Ibuprofen dan Voltaren untuk dibagikan pada salah satu yang terkilir lututnya.

Pukul 16.00 sore kembali kami meneruskan perjalanan menuju pos ekstra yang ditempuh dalam waktu 20 menit dan ke pos I dalam waktu yang sama. Lingkungan sekitar mulai rapat oleh pepohonan, kadang menjadi agak gelap. Pendaki harus berhati-hati dalam melangkah karena banyak akar pohon yang melintang. Menjelang pos terakhir sebagian besar anggota tim memilih untuk lari bersama menuruni jalan. Suasana menjadi ramai oleh gelak canda tim yang berlarian menuju perhentian akhir.

Akhirnya, magrib kami tiba di pintu masuk Senaru, tempat warung penduduk dan balai istirahat menanti. Semua tim tiba dengan selamat dan berkumpul di balai-balai memulihkan tenaga untuk menuju pos pendaftaran Senaru yang tinggal beberapa menit lagi. Tuntas sudah perjalanan panjang 4 hari 3 malam. Seluruh lelah dan waktu yang kami lewati terbayar oleh perjalanan yang luar biasa, apalagi saya pribadi yang berhasil mencapai puncak dan kembali dengan selamat. Rinjani, terimakasih atas sajianmu.

Pukul 21.00 WITA seluruh anggota team berhasil mencapai pos RTC dan selanjutnya belanja2 souvenir2 khas rinjani (kaos, sticker, poster, sertifikat, pin, dll). Dan selanjutnya menuju ke kendaraan yang disiapkan khusus oleh RTMB yang sudah menanti sejak 2 jam sebelumnya dan langsung menuju mataram dan pelabuhan lembar.

Dan kami harus segera pulang karena masih banyak puncak untuk didaki.

 

 

 

HARI KETUJUH
Pukul 01.30 WITA tanggal 20 agustus seluruh anggota team telah berada di pelabuhan lembar dan 2 jam berikutnya sudah berada di kapal Ferry untuk menyeberang kembali ke pulau Bali. Enam jam menyeberang laut (selat lombok) tidak terasa karena seluruh anggota team tertidur pulas. Pukul 09.30 WITA kapal Ferry merapat di pelabuhan padang bai Bali dan dijemput kembali oleh kendaraan yang disiapkan panitia untuk mengantarkan seluruh anggota team kembali ke jimbaran tepat pada saat hari raya galungan & kuningan hari ini. Karena suasana di bali sedang merayakan hari raya, maka pemandangan khas bali semakin terasa khas dengan banyaknya umbul2 dan ramainya pura2 yang sedang melaksanakan upacara adat.

Sampai di base camp jimbaran pukul 12.00 WITA dengan selamat dan selanjutnya adalah wisata kuliner, wisata belanja, wisata pantai dan wisata pesan tiket pulang ke kampung halaman masing2 anggota team.

Lepas pukul 17.00 WITA satu persatu anggota team pulang ke kampung halaman masing2 sesuai dengan jadwal flight dan bis nya masing2 dengan membawa kenangan yang tentunya akan berbeda2 bagi setiap anggota team, tetapi dengan satu kesamaan bahwa acara ini telah menyajikan sebuah perjalanan yang sangat mengesankan dan bersabar untuk menanti acara selanjutnya yaitu :

www.gappala.or.id Latimojong Indonesia Summit Team 2009 dan
www.gappala.or.id Cartensz Pyramid Indonesia Summit Team 2010.

 

 

FULL VIDEO KEGIATAN PENDAKIAN GUNUNG RINJANI BISA DILIHAT DI BAWAH INI

Sebagai catatan tidak atau belum semua terekam kamera karena sebagian akan diupload secara terpisah.

 

 

Atas nama panitia acara www.gappala.or.id Rinjani Indonesia Summit Team 2008,

kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada

Om Gendon & Keluarga (Yang telah sangat banyak membantu acara ini sejak dari penjemputan, acara di lapangan dan kembali nya di Bali.)
Hati Suci Restaurant & Home Stay – Lombok Timur
Khusus kepada Bpk.Hijazi, Bpk Rolis dan seluruh crew yang telah menerima kami dengan sangat terbuka dan makan siang nya, transportasi PP dan terapi pengobatan nya.
Porter – porter hebat kami :

1. Papuq Kian
2. Amaq Misnim
3. Amaq Anto
4. Amaq Klin
5. Edo
6. Agus
7.  M. Hijazi (as guide)

Mas Andi (driver hebat) sang penjemput team dan guide untuk apapun di bali. Thank’s untuk wisata kuliner nya (nasi ares, sate lilit, ayam betutu, dreamland, erlangga one stop shoping, sukawati hunting point, GWK trip, dll)
Dan seluruh pihak yang telah membantu terlaksananya acara ini.

 

 

 

Catatan :

Catatan perjalanan ditulis oleh Kang Jenggot dan Bapak haji Prayudie Wibowo dan ditambahkan catatan Pribadi.

Album Photo bisa dicek di Album disini :

PART 1 : https://www.facebook.com/cangmascoco/media_set?set=a.1876061095863035&type=3

PART 2 : https://www.facebook.com/cangmascoco/media_set?set=a.1876085175860627&type=3

Tonton Juga Video pendakian saya yang lain disini khususnya Gunung di Indonesia yang termasuk Seven Summit Indonesia.

Carstensz Pyramid

Gunung Latimojong

Gunung Kerinci

 

 

AIR TERJUN MINI NIAGARA TERSEMBUNYI DI LERENG KAWAH IJEN

SANGAT INSTAGRAMABLE ! ! !

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *